Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

KIsah Inspiratif




Alhamdulillah, kita masih diberi panjang umur dan kesehatan oleh Allah, sehingga kita masih bisa berjalan dan mencari keridhaan-Nya denga apa yang kita perbuat.
Sobat blog yang di rahmati Allah kali ini saya akan memaparkan mengenai:
Jujur Itu Surga
DI PINGGIR kota Makkah, pada zaman ulama salafush shalih dahulu, ada serang lelaki miskin  yang hidup dengan keluarganya. Lelaki itu bernama Amin. Meskipun miskin, Amin adalah orang yang jujur dan baik hati.
Suatu hari, dia mencari makanan di dapur. Perutnya terasa sangat lapar. Dia mencari, kalau-kalau ada sesuatu yang bisa dimakan untuk mengganjal perutnya. Akan tetapi, sungguh malang, dia tidak mendapatkan apa-apa. Bahkan, roti kering dan garam pun tidak ada. Amin bergegas membuka pintu henak keluar rumah.
“Suamiku, apakah kau akan meninggalkan kami dalam kelaparan tanpa makanan?” tanya istrina sambil menggendong anaknya yang sedan sakit panas.
“Aku akan pergi ke ka’bah untuk tawaf dan shalat disana. Aku akan berdoa agar Allah membuka pintu-pintu rezeki kita,” jawab Amin lembut.
Amin melangkah kaki pergi ke ka’bah.
Sesamainya disana, dia tawaf tujuh putaran.lalu  dia shalat dua rakaat di depan Maqam Ibrahim. Setelah itu, Amin berdoa dan menangis di Multazam, yang terletak antara Hajar Aswad dan pintu ka’bah. Dalam doanya, dia meminta kepada Allah agar diberi kemudahan dan kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
~***~
Hari itu, Masjidil Haram penuh oleh jamaah haji. Begitu selesai tawaf, shalat dan berdo’a, Amin melangkahkan kaki menuju sumur zam-zam untuk minum. Dia minum sekenyang-kenyangnya, sebagaimana diajarkan baginda Nabi. Air zam-zamlah yang selama ini setia mengisi prutnya yang lapar. Lalu, dia melangkah, berniat hendak keluar masjid dan pulang.
Baru beberapa langkah, kakinya menyenggol sesuatu. Amin berhenti dan melihat apa  yang diinjaknya. Ternyata, sebuah kantong berwarna hijau. Dia berjongkok untuk mengambil kantong itu. Setelah dibuk, kantong itu ternyata berisi uang dinar ema yang  tidak sedikit jumlahnya. Lalu, Amin membawa uang itu kerumahnya dengan hati berbunga-bunga.
Begitu sampai dirumah, dia berkata pada istrinya dengan wajah gembira, “Lihatlah Istriku, apa yang aku peroleh hari ini? Lihatlah, aku membawa kantong penuh berisi uang dinar emas.
“Darimana kau dapatkan kantong berisi uang sebanyak itu?” istrinya langsung menyahut.
“Aku menemukannya di dalam Masjidil Haram,” jawab Amin.
“Kalau begitu, cepat letakkan kembali kantonng itu di tempatnya semula. Itu bukan uang milik kita. Itu harta orang lain. Orang yang kehilangan hartanya itu, saat ini pasti sedang sedih. Kantong yang kau temukan itu adalah Amanah. Ayolah, cepat kau kembalikan kantong itu pada tempatnya. Kita harus jujur dan amanah. Lebih baik aku dan anak-anakku mati kelaparan daripada makan rezeki yang tidak halal!” ucap istrinya tegas.
Amin terkejut mendengar perkataan istrinya itu. Dia terhenyak sesaat. Namun perlahan dia sadar dan merasa bahwa apa yang di ucapkan istrina itu benar. Kantong itu bukan miliknya. Itu milik orang lain. Dia tidak berhak memilikinya.
“Benar! Ini adalah amanah. Aku hrus mengembalikannya kepada pemiliknya,”  kata nuraninya.
Amin pun lantas teringat namanya. Ah, namanya saja Amin. Amin berarti orang yang dapat dipercaya; orang yang bisa menjada amanah. Dia harus benar-benar seorang Amin seperti akhlak Baginda Nabi. Seketika itu dia langsung melangkah menuju Masjidil Haram.
~***~
Begitu sampai di dalam Masjidil Haram, Amin mendengar jamaah haji memakai pakaian ihram, berteriak keras, “Wahai  hamba Allah sekalian, wahai jamaah haji, wahai para tetamu Allah, aakah di antara kalian ada yang menemukan kantong hijau milikku?”
Amin mendekat, lalu bertanya pada orang yang berteriak itu, “Apakah kau tahu apa kantong itu, tuan Haji?”
“Ya aku tahu, di dalam kntong itu berisi uang sertaus lima puluh dinar, “jawab lelaki itu.
Mendengar jawaban ittu, Amn yakin pak haji inilah pemilik kantong itu.
Dia mengeluarkan kantong itu dari balik bajunya dan memberikannya pada lelaki itu seraya berkata, Kau benar, ambillah kantong ini! Inilah barang yang kau cari-cari itu.
Pak haji menerima kantong itu dengan wajah cerah. Dia lalu menghitung isinya. Ternyaa, isinya masih  utuh, tidak berkurang satu keping pun.
Setelah itu, pak haji mengajak Amin  duduk di tempat yang agak sepi dan berkata, “audaraku, kantong inii sekarang milikmu, maih ada satu kantong lagi berisi seribu dinar untukmu.
Amin terkejut mendengar perkataan lelaki itu.
Dengan nada bingung dia bertanya, “Bagaimana ini? Aku memberikan kantongmu, lalu kau malah bilang itu milikku? Bahkan, kau menambahkan satu kantong lagi berisi seribu dinar?  Aku sama sekali tidak paham maksudmu, Tuan Haji?”
Pak Haji menjawab, harta ini diberikan kepaaku oleh seorang lelaki beriman dari mesir. Dia mewasiatkan kepaaku, agar meletakkan sebagiannya di dalam Masjidil Haram. Jika ada seseorang yang menemukannya dan dengan jujur dia  mengembalikan kepadaku, aku disuruh memberikan seluruh harta ini kepadanya.
Amin takjub mendengar perkataan lelaki tua itu.
Lalu dia bertanya, “Tetapi, mengapa lelaki berian dari Mesir itu memintamu untuk melakukan hal tadi?”
Pak Haji menjawab, “Dia menginginkan sedekahnya sampai ke tangan orang yang jujur dan amanah. Kamu telah mengembalikan kantong itu dengan penuh amanah. Siapa pun yang menjaga amanah, berarti dia dapat dipercaya. Orang seperti itu, selain makan, ia juga akan bersedekah dengan apa yang ada padanya. Orang seperti itu tidak akan mementingkan dirinya sendiri. Dengan demikian, sedekah lelaki beriman dari Mesir itu akan diterima oleh Allah Swt.”
Akhirnya, pak haji itu benar-benar memberikan dua kantong uang kepada lelaki miskin bernama Amin itu. Dengan hati penuh rasa syukur kepada Allah, Amin pulang sambil membawa seribu seratus dinar emas. Dia menyerahkan uang itu kepada istrinya tercinta sambil menjelaskan jalan ceritanya.
“Nah, sekarang uang ini halal bagi kita. Ayo, kita membeli makanan dan pakaian untuk anak-anak kita. Sudah dua hari mereka tidak makan. Jangan lupa, sedekahkan sebagian uang itu kepada orang-orang yang memerlukannya,” kata istrinya lembut.
“Akan seger aku lakukan, istriku,” jawan Amin.
Dia lalu bergegas ke luar rumah. Di halaman rumahnya, dia bersujud syukur. Keningnya langsung menyentuh tanah.
Dalam sujudnya, dia membaca tasbih dan berdoa. :Alhamdulillah, segala puji bagimu ya Allah, yang telah memberikan seorang istri shalihah kepaaku. Segala puji bagi-Mu ya Allah, yang telah memberikan hidayah kepadaku. Segala puji bagi-Mu ya Allah, yang telah mengalirkan rezeki sedemikian banyak kepadaku. Segala puji bagi-Mu ya Allah, atas segala  nikmat yang Engkau karuniakan kepadaku.”
Setelah itu, Amin pergi ke pasar dan membagi-bagikan sedekah kepada fakir miskin. Dia semakn sadar bahwa dengan meninggalkan rezeki haram, Allah menggantinya dengan rezeki yang halal, dan jauh ebih banyak. Amin semakin yakin akan ajaran Rasulullah bahwa kejujuran adalah pintu menuju srga; surga di dunia dan di akhirat. 

Post a Comment for "KIsah Inspiratif"