Kisah Inspiratif
Sobat blog yang budiman, maaf saya baru bisa share
lagi nih. Langsung aja yah?! Saya yakin sobat nunggu-nunggu kelanjutan
kisa-kisahnya.
Kali ini saya akan share tentang :
Tiga Lelaki Berjiwa Malaikat
MALAM HARI Raya Idul
Fitri telah tiba. Kota Damaskus terang benderang oleh cahaya lampu beraneka
warna. Takbir terdengar membahana.
Dalam sebuah yag sederana,
seorang wanita berjilbab putih, berkata kepada suaminya, “Abu Adilla suamiku,
besok hari raya. Anak kita tidak memiliki pakaian baru seperti anak-anak
tetangga lainnya. Ini semua isebabkan tindakan borosmu!.”
“Aku tidak boros, aku hany menginfakkan
hartaku dalam kebaikan dan demi membantu orang-orang miskin yang membutuhkan.
Ini bukan suatu pemborosan, Ummu Abdillah,” jawab suami.
“Baiklah kumohon sekarang,
tulislah surat dan kirim kepada salah seorang sahabatmu yang baik hati dan
ikhlas, agar menyisikan sebagian hartanya kepada kia. Jika keadaan kita
membaik, insya Allah akan kita ganti.”
Abu Aillah mempunyai dua teman
karib yan berhati ikhlas. Mereka bernama Hamdi dan Usamah. Mendengar permintaan
istrinya itu, dia segera menulis surat. Lalu dia memberikan surat itu kepada
pembantunya agar membawanya ke tempat sahabatnya, Hamdi. Kemudian pembantunya
itu pergi ke tempat amdi dan menyerahkan surat yang ditulis oleh tuannya.
Hamdi membaca dengan seksama. Dia
segera thu bahwa sahabatnya yang pemurah sedang dalam kesempitan dan kesusahan
karena tidak memiliki apa-apa.
Amdi berkata kepada utusan Abu
Abdillah, “Aku tahu tuanmu telah menginfakkan semua hartanya dalam kebaikan.
Ambillah kantong ini dan katakan kepada tuanmu, hanya inilah yang aku miliki
pada malam hari raya ini.
Pemtu Abdillah bergegas kembali
kepada tuanna dan menyerahkan kantong pemberian Hamdi itu. Abu Abdillah membuka
kantong itu. Ternyata isinya uang seratus dinar.
Dia berkata kepada istrnya dengan
penuh rasa gembira, Ummu Abdillah, lihat ini, Allah telah mengantarkan seratus
dinar kepada kita.”
~***~
Sang istri pun gembira dan
berkata pada suaminya, “Cepatlah pergi kepasar untuk membelikan pakaian dan
sandal baru untuk anak-anak kita. Juga jangan lupa membeli daging dan makanan.
Pada saat Abu Abdillah
beersiap-sia hendak ke pasar, terdengar seorang mengetuk pintu. Abu Abdillah
membuka intu. Ternyata, yang datang adalah pembantu Usamah, sahabatnya.
Pembantu Usamah itu datang dengan
membawa surat minta pertolongan kepada Abu Abdilla agar ia berkenan meminjami
uang untuk embyar hutang yang telah jatuh tempo. Tanpa berpikir panjang, Abu
Abdillah langsung menyerahkan kantong berisi uang seratus dinar yang ada di
tangannya, kepad pembantu Usamah.
Dia menyerahka semuanya, tanpa mengambil
satu dinar pun.
Mengetahui hal itu, terang saja
Ummu Abdillah marah kepada Abu Abdillah yang lebih memntingkan sahabatnya
daripada anak-anaknya.
“Kau ini tega melihat anak-anak
sedih daan kelaparan. Kalau pun kau mau membantu Usamah, mengapa tidak setengah
dari uang itu saja? Mengapa kau berikan semuanya?” Ucap Ummu Abdillah sewot.
Sang suami mejawab, “Temanku
meinta pertolonganku, bagaimana mungkin aku tidak memberiya? Aku juga tidak
tahu apakah uang di dalam kantong itu cukup untuk melunasi hutangnya atau
tidak?
Ummu Abdillah berdiam dan
beristighfar untuk meredam kejengkelannya kepada sang suami yang terlalu baik
kepada orang lain itu.
~***~
Beberapa jam kemudian, terdengar
orang mengetuk pintu. Abu Abdillah
membuka intu. Dia kaget bukan kepalang. Ternyata, yang datang adalah
sahabatnya, Hamdi. Serta merta dia memeluk dan menyambut dengan hangat, lalu
mempersilahkan masuk.
Setelah duduk, Hamdi berkata,
“Aku datang untuk bertany kepadamu tentang kantong ini. Apakah ini kantong yang
aku kirim kepadamu dan di dalamnya ada seratus dinar?” Abu Abdillah mengamati
kantong itu dengan seksama.
Dengan nada kaget, dia berkata,
“Ya...ya... benar...ini adalah kantong itu. Ceritakanlah kepadaku, Hamdi,
bagaimana kantong ini bisa kembali kepadamu?”
Hamdi lalu bercerita, “Ketika
pembantumu datang kepadaku membawa suratmu. Aku berikan kantong itu, dan itu
adalah satu-satunya harta yabg aku punya. Karena aku tidak punya apa-apa lagi,
maka aku langsung minta bantuan pada Usamah. Betapa terkejutnya aku ketika
Usamah memberikan kantong berisi seratus dinar, yang tidak lain adalah kantong
yang aku kirimkan kepadamu tanpa kurang satu dinar pun. Aku takjub, untuk lebih
yakin, aku bertanya padamu, benarkah ini kantong yang aku kirimkan kepadamu?
Untuk itu, aku akan datang kesini untuk menguak rahasia ini.”
Abu Abdillah tertawa dan berkata,
“Usamah lebih mengutamakan kamu daripada dirinya, dan memberikan kantong itu,
sebagaimana kamu lebih mengutamakan diriku daripada dirimu sendiri, Hamdi.”
“Dan kamu lebih mengutamakan Usamah
atas dirimu dan keluargamu. Apa pendapatmu, Abu Abdillah, jika kita bagi uang
ini bertiga?” kata Hamdi sambil tersenyum.
Abu Abdillah menjawab,
“Barakallahu fika, semoga Allah memberkahimu Hamdi.” Akhirnya uang seratus
dinar itu dibagi tiga.
~***~
Kisah keluhuran tiga lelaki ini,
didengar oleh khalifah. Subhanallah, sang khlifah pun sangat tersentuh ketika
mendengarnya. Ternyata, masih ada di antara umat Nabi Muhammad saw yang berjiwa
mulia, laksana malaikat. Khalifah langsung memberi perintah kepada bendahara
negara untuk memberi hadiah kepada tiga lelaki berjiwa malaikat itu,
masing-masing sebesar seribu dinar.
Begitu menerima uang dari
khalifah, Abu Abdillah langsung sujud syukur lalu menemui istrinya dengan muka
berseri-seri. “Ummu Abdillah, sekarang lihatah, apa pendapatmu, apakah Allah
menelantarkan kita?”
Sanng istri menjawab dengan mata
berkaca-kaca, “Tidak suamiku. Demi Allah, Dia Maha Pemurah, Dia tidak mungkin
menelantarkan kita. Bahkan Dialah yang melimpahkan rezeki-Nya kepada kita,
dengan tiada putusnya.”
“Sekarang kau tahu,
istriku...bahwa menginfakkan harta di jalan Allah adalah bisnis yang pasti
keuntungannya dan tidak akan rugi selamanya.
Post a Comment for "Kisah Inspiratif"