Kisah Inspiratif
Sobat terimakasih masih setia mengunjungi blog
ini. Kalau boleh saya minta komennya untuk kemajuan di masa depan. Tapi gak
maksa lho....
Q’ta langsung azah ya?!!!
Karena Dendam pada Serigala
DI SEBUAH desa di
kaki Gunung Slamet, hiduplah seorang petani sederhana dengan cucunya. Mereka
mempunyai sepetak sawah dan puluhan ayam. Setiap hari, seusai melaksanakan
shalat subuh di surau, sang cucu memberi makan ayam-ayam itu. Terkadang, di
antara ayamnya itu, ada yang bertelur. Telur itu disimpannya untuk dijual di
pasar.
Pagi itu seperti biasa, sang cucu pergi ke kandang ayam untuk
memberi makan aym-ayamnya. Namun, dia terkejut melihat kandang itu porak
poranda. Tetesan darah tercecer dimana-mana.
“Wah, pasti ada binatang buas
yang memangsa mereka!” gumamnya.
Lalu dia menghitung jumlah
ayamnya. Ternyata, ayamnya hilang tiga ekor. Dia melaporkan kejadian itu kepada
kakeknya. Sang kakek terkejut dan segera melihat-lihat keadaan kandang. Setelah
itu, sang kakek mengajak cucunya untuk meneliti kebun di sekitar kandang.
Pada sebuah tanah yang basah,
sang kakek menemukan jejak-jejak kaki binatang di sana. Dia langsung meneliti.
“Ini jejak kaki serigala, Cucuku.
Kita harus segera memperbaiki kandang dan lebih berhati-hati!” kata sang kakek.
Sang kakek mengajaknya memotong
bambu, untuk memperbaiki kandang. Sang cucu membantuny degn penuh keikhlasan.
Saat melihat kembali darah yang berceceran di dalam kandang, dia menangis.
“Mengapa menangis Cucuku?” tanya
sang kakek.
“Saya membayangkan betapa ketakutannya
ayam-ayam itu tadi malam, kek. Betapa sakitnya tiga ayam itu dibantai serigala.
Mengapa ada binatang sejahat serigla, kek?” tanya sang ucu sambil terisak-isak.
“Adanya serigala yang rakus dan
kejam, itu menjadi ujian dari Tuhan untuk kita. Kita jangan mu diperdyai
serigala dan haru menindak serigala itu, “Jawab ang kakek.
“Kalau begitu, beSok malam saya
akan bejaga, saya akan membawa parang dan panah. Jika serigala itu mendekati
kandang, akan saya bidik, kek!”
Sang kakek tersenyum sambil
mengelus-elus kepala cucunya.
Setelah selesai memperbaiki
kandang, sang kakek berkata, “Cucu, kakek akan ke sawah, melihat padi yang
sudah menguning. Minggu ini sudah bisa dipanen. Kau sebaiknya pergi kepasar. Jual
lima butir teur dan daun singkong itu. Tukar dengan bumbu dan lauk pauk yang
kau inginkan.
“Baik,Kek!”
-***-
Menjelang maghrib, sang cucu sudah berada di surau. Tepat saat sang surya tenggelam di
peraduannya, dia melantunkan azan. Suaranya merdu kumandang azan tu menggema
sampai ke puncak gunun Arjuna. Alam ikut larut dalam takbir dan tasbh kepada
Allah SWT.
Tidak lama, sholat maghrib
berjama’ah pun ditegakkan. Lalau, surau berdinding ppan itu riuh rendah oleh
suara anak-anak yang sedang mengeja dan membaca al-Qur’an. Menjelang Isya,
surau tenang. Anak-anak diam memerhatikan cerita pak kiai tentang kemuliaan
akhlak Rasul Muhammad SAW.
Pak kiai mulai bercerita, “Baginda
Nabi sangat halus hatintya, sangat pengasih, dan penytatyang. Bahkan terhadap
binatang pun, beliau sangat sayang. Suatu ketika dalam perjalanan perang
bersama para sahabatnyta, bagina Nabi beristirahat. Di antara sahabat yang
turut bersama beliau, ada yang menemukan sarang burung. Di dalam sarang itu ada
dua ekor anak burung yang indah. Sementara induknya tidak ada di dalam sarang,
seorang sahabat mengmbl dua anak burung itu.
Tidak lama kemudian, induk burung
itu datang. Melihat kedua anaknya tidak ada, ia sedih dan bercuap-cuao sangat
keras. Suara induk burung itu terdengar oleh Baginda Nabi. Begitu melihatnya,
beliau berkata kepad para sahabatnya, ‘Siapa yang mengambil anak burung itu? Ayo
kembalikan! Jangan siksa burung ini!’
Lalu sahabat itu pun mengemblikan
kedua anak burung itu.
Jadi begitulah anak-anakku,
baginda Nabi sangat penuh kasih dan rahmat kepada siapa saja!” kata pak kiai
“Kalau begitu, kita tidak boleh
membunuh binatang pak kiai? Tetapi, ko kita makan daging kambing pada hari
raya? Apa nggak kasihan pada kambing itu?” tanya Aminah polos.
“Kita boleh membunuh binatang
yang berbahaya, misalnya Ular dan kalajengking. Cara membunuhny pun harus baik,
jangan dibakar. Pada dasarnya, seluruh alam ini diciptakan untuk keperluan
hidup manusia. Kambing, ayam, dan ikan semu diciptakan untuk keperluan hidup
manusia. Mak, manusia harus mensyukurinya dan menggunakan nikmat itu dengan
baik. Bainda Nbi mengjarkan, kalau menyembelih kambing, atau binatang lain yang
dibolehkan oleh agama untuk dimakan, harus menggunakan pisau yang tajam, gar
kambing itu tidak merasa kesakitan. Jangan pula menyembeih kamibing didepan
kambing yang lain.
-***-
Hari sudah larut malam, sang
kakek telah tidur karena kelelahan bekerja di sawah. Sementara si cucu tetap
berjaga di dapur. Dia membuka jendela daur, lalu duduk diatas dipan sambil
memasang anak panah pada busurnya. Pandangannya lurus ke arah kandang ayam. Dia
menunggu-nunggu serigala itu. Akan tetapi, yang ditunggu-tunggu tidak juga
muncul. Lama kelamaan, dia tertidur di dapur.
Tepat azan subuh, dia dibangunkan
oleh kakeknya. Dia bangun sambil mengusap mata.
“Katanya jaga, ok tidur?” tanya kakek.
“ Aku tertidur kek, ngantuk
sekali sih.”
“Ya sudah, tidak apa-apa. Ayo cepat
pergi kemesjid.”
“Baik kek!”
Seperti biasa, setelah shalat
subuh dia pergi kekandang. Dia terkejut karena kandang itu rusak kembali. Darah
berceceran di sana-sini. Dia menghitung ayamnya, lagi-lagi hilang tiga. Dia sangat
sedih dan menyesal, mengapa tadi malam dia tidur? Lalu, dia melaporkan hal itu
pada kakeknya.
“Tak apa cucuku, kau suddak
berbut semampumu. Serigala itu sudah tidak bisa di maafkan lagi. Aku akan
membuat perangkap untuk menangkapnya!”
Benar, ternyata san kakek membuat
perangkap . sementara cucunya tertidur, sang kakek tetap berjaga dan tidak
memejamkan mata walau skejap. Hatinya diliputi rasa dendam pada serigala yang
memangsa ayam-ayamnya.
Tengah malam serigala itu datang.
Begitu masuk ke dalam perangkapnya dia langsung berteriak, “Huh, sekarang kau
tertangkap, maling busuk!”
Pagi harinya dia memberitahu
cucunya bahwa serigala itu telah tertangkap. Sang cucu gembira mendengarnya. Dia
ingin memberi hukuman setimpal pada serigala itu. Dia berpikir, hukuman apa
yang tepat untuk serigala itu.
Lalu, dia bertanya kepada
kakeknya, “Kek, hukuman apa yang paantas untuknya? Hukuman yang membuat jera
tetapi tidak menyakitinya?”
“Serigala ya .......tetap
serigaa, cucuku. Kalau hanya dipukul, dia tidak akan jera.tenanglah, nnati kau
akan melhat, hukuman apa yang pantas untuknya dan membuatnya tidak akan kembali
kesini.” Jawan kakeknya.
Menjelang siang, sang kakek mengikat
semua kaki serigala itu.
“Mau diapakan kek?” tang sang
cucu.
“Kau diamlah dan tenang. Lihat saja.
Biar tahu rasa serigla kurang ajar ini!’ jawab sang kakek.
Dia ingin membalas dendm atas
kekurang ajaran serigala ini. Kakek itu lalu mengambil secarik kain. Kain itu
dipilinnya kuat-kuat. Lalu, dia ikat pada ekor serigala itu. Sang cucu melihat
dengan penuh keheranan. Setelah kain itu terikt kuat pada ekor serigala, sang
kakek mengambil gas dan menyiram pada
kain itu.
Sang cucu berteriak, “Ja....Jangan,
Kek!”
Akan tetapi, terlambat. Api telah
menyala di ekor serigala itu. Spontan serigala itu melonglong kepanasan.
“Rasakan penjahat!” kata kakek
itu geram sambil melepas smua ikatan kakinya.
Serigala itu lari terbirit-birit
dengan ekor terbakar. Ia terus berlari dan tidak tahu cara memadamkan api yang
membakar ekornya. Seriala itu berlari ke sawah dan mencari lumpur atau air. Teryata,
sawah telah kering. Padi telah menguing. Atak ada air disana. Serigala dengan
ekor terbakar itu berlari kesana kemari di sawah.
Tidak lama kemudian, terlihat asap membumbung
dari sawah. “Ada kebakaran di swah!” teriak seorang penduduk kampung. Orang-orang
berlari ke arah datangnya asap. Di sana, sepetak sawah yang siap panen, telah
terbakar. Api merambat dengan cepatnya. Kakek dan cucunya pun berlari ke arah
asap itu. Alangkah terkejutnya mereka ketik melihat sawahnya yang siap panen
seminggu lagi, kini telah terbakar. Kakek itu menyesal. Dendam yang membara
dalam hatinya, telah membakar segalanya.
Post a Comment for "Kisah Inspiratif"